Nama adalah doa. Ya begitu katanya.

 

Pada tanggal 26 Desember 2020, alhamdulillah, acara yang aku adakan bersama teman-temanku mendapatkan banyak berkah dari-Nya. Mungkin ini adalah bukti doa yang telah diaminkan dari nama acara kami. Diberkahi.

 

Kami berkumpul di depan kampus sedari pukul 5.30 pagi. Aku yang rumahnya beda planet harus berangkat lebih pagi, tapi tidak apa, karena semuanya terbayarkan. Dari pagi buta sudah banyak kejadian yang membuat deg-deg-ser, mulai dari aku yang sedikit mis-komunikasi dengan Raden Ajeng Cibubur, ya, begitu aku memanggilnya. Walau kami mis-komunikasi, itu tidak menghalangi perjalanan kami ke kampus.

 

Di tengah perjalanan, aku sudah melihat awan gelap. Awalnya aku kira awan menggelap karena kami berangkat pagi buta, tapi ternyata awan menggelap karena sedang bersiap-siap menurunkan hujan. Alhasil kami berhenti sebentar untuk memakai jas hujan, lalu kembali menerobos hujan itu. Ya, hujan itu adalah berkah yang pertama kami dapatkan. Hujan membuat tanah-tanah tidak terlalu berdebu, karena kebetulan, kami mengadakan acara di luar ruangan agar sirkulasi udara lebih bagus.

 

Kami sudah berkumpul di depan kampus kami tercinta, lalu menunggu hujan sedikit reda, kami langsung berjalan menuju lokasi acara kami. Terkejut ketika sampai sana, ternyata adik-adik peserta kami sudah siap sekali, malu kami, kami yang semua serba dadakan malu melihat mereka lebih siap dari kami. Melihat mereka yang sudah siap, kami langsung bergegas melakukan prepare dan briefing sebentar. Jujur, acara kami itu serba dadakan, jika dipersentasikan, mungkin sekitar 80%.

 

Hujan masih menetes sedikit demi sedikit di lokasi acara kami, akhirnya kami sedikit menepi untuk membuka acara terlebih dahulu, karena jika kami tunda lagi, maka kami akan lebih mengulur waktu adik-adik pesertanya.

 

Acara dimulai dengan membagikan masker untuk mereka kenakan agar terhindar dari penyakit yang tidak diinginkan. Kemudian kami memasuki acara permaianan terlebih dahulu agar lebih mengenal mereka dan agar kami lebih akrab.

 


Melihat mereka, aku jadi berpikir, ternyata di luar sana, masih banyak mereka yang belum tahu banyak tentang pandemi dan akhirnya mereka menjadi cuek. Entah ingin menyalahkan siapa, tetapi begitu adanya. Kami sudah memberikan masker, tapi banyak dari mereka yang belum terbiasa dan akhirnya tidak memakainya. Kami sudah mengingatkan mereka juga, tapi ya begitu lagi. Ini karena mereka masih belum terbiasa, semoga kedepannya mereka bisa lebih mendapatkan edukasi tentang protokol kesehatan.

 


Sempat takut acarnya tidak berjalan dan jatuhnya jadi aneh. Akan tetapi, jujur, aku bangga dengan teman-temanku yang awalnya aku kira mereka akan ogah-ogahan, ternyata mereka malah semangat, senang, dan antusias. Terima kasih, saya sebagai ketua kalian, sangat bangga, terima kasih sekali lagi, walau lewat jalur paksaan, tapi kalian adalah yang terbaik. Tidak lupa juga, Ketua Pelaksana yang setiap hari pusing menunggu hari acaranya. Kamu berhasil bu Ketua!

 

Terima kasih juga adik-adik peserta yang sangat antusias, aku takut kalian nantinya bosan ketika kami mengadakan acara ini, tapi ternyata kalian semua menikmatinya, senyum demi senyum kalian perlihatkan kepada kami, membuat kami, terutama aku merasa sangat senang sekaligus sedih, coba saja tidak pandemi, kami akan lebih mempersiapkan sesuatu yang lebih besar dan lebih seru tentunya. Semoga kita bisa berjumpa lagi ya, disimpan dulu kangennya. Sok tahu banget ya aku, bilang mereka kangen. Tapi itu benar, beberapa dari mereka ada yang mengirim pesan dan mengatakan sudah kangen dengan kami, ya, semoga kami bisa datang dan bermain bersama lagi ya.

 

Kami masuk ke acara inti kami, yaitu mewarnai sebuah ruangan. Jujur, ternyata susah mencari workshop yang mempunyai hubungan dengan jurusan kuliahku. Kami membagi mereka ke dalam kelompok, lalu memberikan masing-masing kelompok seorang mentor untuk mengajari mereka tentang warna. Dengan cara apa? Kami hanya menyediakan 5 warna, warna primer dan warna hitam putih, jadi ketika mereka ingin memakai warna lain, para mentor harus membantu dan mengajari mereka cara mencampur warnanya. Dari semua yang ikut, kami memilih karya terbaik dan peserta terbaik. Sebenarnya tidak ada mentor terbaik, tapi Raden Ajeng Cibubur ini membuat aku bangga, anak asuhnya banyak sekali mendapatkan hadiah, emang terbaik-lah kamu!



Dari sini aku lebih sadar, banyak dari mereka yang ingin belajar, tapi terhalang oleh fasilitas. Buat kamu yang baca ini dan memiliki fasilitas yang ada, tolong dimaksimalkan, jangan sampai mau kalah semangat dengan mereka yang kekurangan fasilitas.

 

Tetap semangat buat kita semua! Semoga pandemi cepat berlalu dan kita bisa bertemu lagi!

 

Sekali lagi terima kasih kepada kalian semua yang telah terlibat, kalian luar biasa! Daebak!

 


Terakhir, dapet salam dari Han Ji-Pyeong!

Bekasi, 31 Desember 2020

 


Jadi bagaimana tahun 2020 ini? Merasa suram atau malah merasa tentram?

 

Tidak terasa bukan, akhirnya kita sudah mau sampai di penghujung tahun. Yang awalnya belum terbiasa dengan pola hidup barunya, akhirnya mulai terbiasa. Ada juga yang awalnya sudah terbiasa, sekarang malah mulai merasa resah.

 

Memang, banyak hal yang tidak diinginkan malah kejadian. Kejutan demi kejutan terus datang bergantian. Tidak selamanya kejutan yang datang itu adalah sebuah keburukan, kita harus mengakui bahwa banyak sekali kejutan yang datang membawa keberkahan dan kebaikan.

 

Ada rencana yang sudah dibuat matang-matang akhirnya tidak terlaksana. Tapi ada juga rencana yang tadinya susah untuk terlaksana, malah dibuat lancar dengan cara yang berbeda.

 

Banyak bakat-bakat yang lama terpendam akhirnya perlahan muncul ke permukaan. Banyak hobi-hobi yang berawal dari keisengan akhirnya menjadi sebuah ladang pekerjaan.

 

Banyak topeng-topeng yang akhirnya berlepasan, dan menunjukkan keaslian. Sampai akhirnya kita tersadar dan mengerti, siapa yang akan kita rangkul di masa depan nanti.

 

Banyak yang awalnya jauh, malah semakin jauh.

Banyak yang awalnya merekat, malah jadi membuat sekat.

Banyak yang awalnya tidak saling tegur, malah jadi akur.

 

Banyak sekali kejutan bukan? Sudah siap untuk menghadapi kejutan-kejutan selanjutnya?

 

Tetap utuh dan jangan runtuh.

Tetap bersatu dan jangan saling tuduh.

Semoga tahun 2021 menjadi tahun baik yang sudah kita tunggu-tunggu.


Bekasi, 21 Desember 2020



 


Menulis adalah salah satu cara buatku untuk mengingatkan diri sendiri ketika sedang malas dan lemah. Makanya aku sering sekali mengulang-ulang tema tulisan yang sama. Waktu dan rehat adalah tema yang sering aku ulang, ya, itu karena aku suka lupa waktu dan suka lupa rehat.

 

Lebih dari 6 tahun aku tinggal di asrama dan tentu saat di asrama kita punya waktu yang sangat terbatas. Eh, bukan terbatas, lebih tepatnya terjadwal. Iya, dari jam ini ke jam ini adalah waktu mandi, dari jam ini ke jam ini adalah waktu makan, dan seterusnya. Jadi aku sebagai penghuni asrama, harus bisa mengatur waktuku sendiri dan voila! Aku jadi memiliki pribadi yang on-time. Dari on-time sendiri aku belajar, kalau menunggu itu ternyata emang gak enak.

 

Kebiasaan yang on-time sepertinya sudah mandarah daging saat aku di asrama, bahkan saat liburan pun begitu. Tapi sayang seribu sayang, ketika keluar dari asrama, perlahan banyak kebiasaan yang sudah aku bangun menghilang. Jujur itu adalah sesuatu yang membuat diriku sendiri tertawa, karena selama 6 tahun aku bangun kebiasaan itu lalu hanya butuh beberapa bulan untuk menghancurkan kebiasaan itu.

 

Yang namanya kebiasaan akan tetap menjadi kebiasaan, walau perlahan menghilang, kebiasaan itu akan muncul kembali jika kamu pancing, dan aku berhasil melakukan itu. Ya walaupun belum sesempurna saat di asrama, tapi setidaknya kebiasaan itu perlahan muncul kembali.

 

Dari kejadian ini aku belajar, kebiasaan itu bisa dibentuk dan bisa diubah, kalau kalian mau. Yang merasa dirinya suka telat, suka malas, suka apapun itu, coba deh kalian buat kebiasaan baru yang kalian mau. Misalnya kalian mau selalu on-time, coba dimulai dari bangun tidur, gak usah semuanya langsung on-time, perlahan dulu. Butuh waktu 6 tahun buat aku bangun kebiasaan on-time itu, jadi kalau baru sekali-dua kali coba terus merasa “Ah, gua emang gak bisa on-time anaknya.” ya itu salah, masa baru sebentar sudah mau hasil yang maksimal.

 

Gak usah nunggu 2021 buat mulai belajar on-time, dari sekarang, dari detik ini kalian baca, atur waktu kalian. Ya mungkin bisa dimulai dari kumpulin tugas tepat waktu gitu. Ah, nyindir diri sendiri banget emang anaknya. Intinya hayuk atuh kita mulai belajar atur waktu, belajar bangun kebiasaan baik, biar gak kaget kalau ketemu jadwal yang padat.


Bekasi, 21 Desember 2020

 


Kenapa setiap kali ada masalah, banyak dari kita yang sulit untuk mencari jalan keluar? Menurutku kesulitan itu ada karena kita belum memahami masalah yang kita hadapi.

Memahami tidak selalu perihal manusia ke manusia.  Masalah yang kita hadapi juga perlu dipahami, karena itu akan mempermudah kita menemukan jalan keluarnya.


Kita sering terburu-buru dalam memecahkan masalah, entah itu karena kita sedang panik atau mungkin karena masalah yang kita hadapi terlalu banyak.


Coba deh kita tarik napas panjang lalu diam sejenak untuk memahami masalah yang sedang dihadapi. Terkadang sebenarnya masalah tersebut tidak rumit, tapi karena kita panik, sudah hilang akal, tergesa-gesa, dan ingin cepat keluar dari masalah, kita sering kali malah melihat terlalu jauh akar dari masalah tersebut, padahal masalah yang kita hadapi hanya hal sepele, dan tidak memerlukan kita untuk melihat jauh ke belakang.


Maka dari itu, penting sekali untuk memahami sebuah masalah, sebelum menyelesaikannya, jangan sampai malah hilang arah, lalu tergesa-gesa, dan berujung marah karena sudah terlalu resah.


Dari kejadian belakangan ini aku belajar dan sadar, segala sesuatu harus dihadapi dengan sabar. Penting untuk kita memahami, sebelum kita mengeksekusi. 


Bekasi, 25 November 2020

 


Ada yang bilang jarak itu perusak hubungan, apa iya benar?

 

Beberapa minggu lalu, ada salah satu guru Bahasa Indonesia online favorit-ku menikah setelah menjalani LDR yang cukup lama, siapa dia? Dia adalah teh Irin.

 

Melihat teh Irin, aku jadi sadar. Yang merusak hubungan bukanlah jarak antara raga, melainkan jarak antara hati. Karena sejauh apapun jarak antara raganya, kalau hatinya sudah pasti, suatu hubungan tidak akan berhenti. Begitu juga sebaliknya, sedekat apapun jarak antara raganya, kalau hatinya tidak bersedia, hubungan itu tidak akan bahagia.

 

Mau jaraknya dekat, mau jaraknya jauh, komunikasi tetap nomor satu. Jika kita bisa menjaga komunikasi, tentu tidak akan ada hati yang tiba-tiba pergi.


Bekasi, 21 Oktober 2020



Berkali-kali ada rasa, berkali-kali juga rasa itu selalu berlabuh di dirimu. Nyaman sudah menjadi teman setia ketika aku bersamamu.


Berawal dari pertemuan yang tidak disengaja, kemudian kita mulai saling bertukar tawa, sambil diselingi tatapan mata yang (mungkin) disengaja, hingga akhirnya dari sana perlahan timbul-lah sebuah rasa.


Rasa yang sangat multitafsir, hingga aku sendiri dibuat bingung dengan rasa itu.


Seiring waktu, bukannya kita semakin dekat, kita perlahan malah saling menjauh. Bukan, bukan karena kita saling tak acuh, melainkan kita terhalang oleh diri kita sendiri yang terlampau ripuh.


Sesekali kita saling bertukar sapa atau mungkin lebih tepatnya aku yang rajin membalas ceritamu. Tujuannya sangat remeh, hanya sekadar untuk mengetahui bahwa kamu masih ingat kepadaku.


"Segera jujur" katanya, tapi jujur itu tidak semudah katanya, apalagi perihal perasaan. Bukan tidak berani mengungkapkan, hanya takut kalau nanti semuanya akan berujung kehilangan.


Pada akhirnya rasa ini tetap akan berjalan di tempat dan akan setia untuk menunggu waktu yang tepat.


Bekasi, 13 Oktober 2020

Sumber: Twitter @piokharisma

Tahun lalu, di bulan ini, ada kejadian yang mungkin akan selalu teringat. Tahun lalu, di sepanjang jalan Jakarta, terlihat warna-warni pelangi. Kita semua tahu bukan, pelangi muncul setelah hujan, ya, pelangi yang memenuhi jalan-jalan di Jakarta juga muncul setelah hujan, tapi bukan yang turun dari langit, melainkan yang turun dari mata. Tahun lalu, sahabat-sahabatku berdiri tegak, saling rangkul, meninggikan suara untuk membela negara.

 

Tahun lalu juga, aku baru resmi menjadi seorang mahasiswa. Saat kejadian hebat itu, aku tidak bersama mereka, tapi bukan berarti aku tidak membela, karena doaku selalu menyertai mereka, karena dalam doa, aku selalu mengharapkan yang terbaik untuk Indonesia.

 

Sore itu, awan biru itu tercampur dengan asap abu-abu. Aku yang baru pulang kuliah dengan sangat jelas melihat itu. Kendaraan umum terhalang, lalu menurunkan para penumpang, aku yang termasuk di dalamnya pun ikut turun mau tidak mau. Halte sesak, semua ingin segera sampai rumah, tapi kendaraan umum sangat terbatas. Aku yang memilih bernapas lega akhirnya keluar dari halte itu, di luar halte aku melihat sahabat-sahabatku saling rangkul dan berlari menuju tempat aman. Masyarakat yang melihat ada yang bertepuk tangan dan ada juga yang menempuk jidatnya.

 

Aku memantau aplikasi dan melihat kendaraan umum yang sangat sedikit lalu mulai menggelengkan kepala. Napas yang sesak dan tubuh yang berdesak harus aku lalui jika ingin segera sampai rumah, ah, aku mulai merasa takut saat itu.

 

Datang bis yang menuju arah pulang. Bis itu mungkin melebihi kapasitas, namun apa boleh buat, semua orang ingin segera pulang, bahkan yang sedang berjuang pun merasakan hal yang sama. Pintu bis dibiarkan terbuka agar kita semua yang di dalam bisa bernapas lega. Aku berdiri tepat di depan pintu terbuka, melihat langsung mereka yang sedang berusaha menyuarakan hak kita. Mataku tidak bisa berkedip, aku mulai merasa takut lagi.

 

Bis berputar mencari jalan aman. Para penumpang yang berdiri mulai lelah. Tapi tidak dengan dia yang memakai batik dan berdiri tepat di sampingku di depan pintu itu. Di dalam bis ada suara yang bersaut-sautan, ada yang senang dengan kejadian ini dan ada yang kesal dengan kejadian ini. Ya, wajar, semua berhak berpendapat. Ada juga suara yang muncul dari balik gawai-ku, suara-suara kekhawatiran di antara sahabat-sahabatku. Yang di rumah merasakan kekhawatiran yang sama ketika melihat pesan di ruang obrolan, mendapat kabar ada yang hilang, ada yang terpencar, ada yang pingsan, ada yang lapar, ada yang kesakitan dan masih banyak lagi. Di ruang obrolan semua saling beri doa dan saling beri semangat.

 

Terdengar suara yang membuatku memalingkan mata ini dari gawai, ada yang bilang,

 

"Siapa sih mereka, bikin pulang jadi telat saja."

 

"Mereka mahasiswa pak, sahabat-sahabat saya!"

 

Ada rasa bangga, rasa salut, rasa senang ketika mengatakan itu. Walau tidak bersama, tapi semangatku selalu menyertai mereka.

 

Lekas sembuh Indonesia, lekas sembuh alam semesta! 


Bekasi, 25 September 2020


berulang kali jatuh

berulang kali rapuh

sebenarnya kita sedang berusaha

atau sedang keras kepala?


membiarkan diri terus terluka

membiarkan diri terus hilang arah

tanpa bisa maju

dan lupa dengan impian yang ingin dituju


katanya

harus bangkit dua kali setelah sekali jatuh

harus bangkit seratus kali setelah sembilan puluh sembilan kali jatuh

tanpa berpikir, mungkin pijakan kita yang salah

tanpa berpikir, mungkin hal itu memang bukan untuk kita


jadi sebenarnya kita sedang berusaha

atau sedang keras kepala?


Bekasi, 7 Agustus 2020

Sumber: Real Madrid

Sebagian besar anak laki-laki biasanya menyukai sepak bola, sama halnya seperti gua. Klub sepak bola yang pertama kali gua tahu adalah AC Milan, dan tentu itu hanya sekadar tahu, tanpa tahu apa itu AC Milan. Jalan beberapa tahun, akhirnya perlahan gua mulai paham dengan dunia sepak bola, dan menemukan tim idaman gua, yaitu Tim Nasional Sepak Bola Spanyol, iya, tim pertama yang gua suka adalah timnas Spanyol.

Karena suka dengan timnas Spanyol, gua mulai cari-cari informasi tentang klub-klub yang ada di Spanyol, dan gua bertemu dengan Real Madrid bersama Iker Casillas sebagai penjaga gawangnya. Dari sana gua mulai menggali lebih dalam tentang Real Madrid dan Iker Casillas. Mengapa Casillas yang menjadi sorotan buat gua, karena gua pernah mengalami sebuah kecelakaan yang akhirnya memaksa gua untuk main sebagai penjaga gawang. Ada tulisan pendek yang tentang menceritakan tentang itu. Tapi untuk beberapa saat, gua pernah pindah haluan menjadi pendukung Barcelona, karena gua selalu kalah cepat dengan sepupu gua saat memilih tim di PES, jadi hanya selewat saja.

Ada sebuah ritual yang gua tiru dari Casillas saat bermain sepak bola/futsal, yaitu menyentuh tiang gawang atas saat tim-nya mencetak gol, terdengar biasa, tapi itu membuat gua merasa seperti seorang Iker Casillas. Sayangnya video yang memperlihatkan dia melakukan itu tidak berhasil gua temukan.

Saat dia pindah dari Real Madrid ke Porto, gua sempat mengunggah postingan perpisahan juga di twitter. Itu adalah salah satu momen terberat, karena pemain yang menjadikan gua menyukai Real Madrid harus pergi. Tapi itu juga berat bagi San Iker, memiliki pesaing yang hebat-hebat di Real Madrid, keputusannya pindah mungkin adalah keputusan yang tepat.

Belum lama dia di Porto, dia mendapatkan musibah saat latihan, akhirnya dia menjalani perawatan dan beristirahat sementara. Belum sempat dia kembali main, hari ini dia mengumumkan bahwa dirinya gantung sepatu. Sekali lagi itu adalah keputusan yang sangat tepat melihat kondisinya yang mulai kurang fit. Semoga San Iker kembali fit dan bisa kembali ke lapangan sebagai pelatih.

Rumornya San Iker akan kembali dipanggil oleh Real Madrid, semoga itu menjadi kenyataan. Ditunggu San Iker di Real Madrid!

"Being a good person is like being a goalkeeper. No matter how many goals you save, some people will only remember the one you missed." — Iker Casillas

Bekasi, 4 Agustus 2020

Akhirnya bisa sholat Idul Adha di luar, tentu dengan mematuhi protokol kesehatan yang ada.

Tentu kita semua pasti merasa bosan dengan karantina, tapi mau bagaimana lagi, kita masih diuji kesabarannya oleh yang Maha Kuasa.

Foto hanya pemanis, pada dasarnya aku hanya ingin bercerita tentang kejadian yang sering aku temui saat karantina beberapa bulan terakhir ini.

Selama karantina, banyak hal-hal yang menjadi berubah, bahkan hampir goyah. Seperti komunikasi dengan manusia, mungkin awal-awal karantina kita masih seperti biasa berkomunikasi, tidak ada yang berbeda. Namun selang beberapa bulan, mulai timbul kesalahpahaman diantara kita, bisa jadi tutur bahasa kita yang salah atau mungkin kita yang sudah mulai sensitif dan mudah marah. Karena bisa kita bayangkan sendiri, selama berbulan-bulan kita hanya di rumah dan jarang berinteraksi dengan banyak orang, beruntung bagi mereka yang memiliki keluarga, tetapi tidak semua yang memiliki keluarga beruntung, ada juga mereka yang tetap tidak bisa berinteraksi dengan keluarga dikarenakan mereka tidak dekat dengan keluarganya.

Tapi menurutku semua itu wajar, kita sebagai makhluk sosial pasti akan merasa jenuh jika terlalu lama mendekam di dalam rumah tanpa ada interaksi secara langsung, bahkan mereka yang kurang suka tempat keramaian juga mungkin jenuh dengan hal ini.

Ada yang tadinya jauh, tapi karena karantina malah semakin jauh. Ada juga yang tadinya dekat, tapi karena karantina malah jadi jauh. Walaupun ada dari kita yang hubungannya mulai goyah, tapi itu tidak semua bukan? Ada yang tadinya jauh, sekarang malah tambah dekat karena karantina. Banyak hal-hal yang tidak bisa kita prediksi selama karantina, satu-satunya cara agar kita bisa tetap menjaga hubungan kita adalah dengan saling memahami satu sama lain.

Bagaimana caranya? Ini menurutku ya, bisa benar bisa salah. Mungkin kita bisa saling memahami perasaan atau mood seseorang. Contoh, ada yang selama karantina jenuh dengan interaksi via sosial media dan menjadi marah ketika kita diajak berbicara, itu wajar, karena dia sedang jenuh, jadi tolong pahami, dan jangan dibesar-besarkan. Ada juga yang selama karantina maunya ngobrol terus, sehingga lawan bicaranya jadi bosan dan malas menanggapi, itu wajar, tolong dipahami dan jangan dibesar-besarkan. Dan jika kedua orang itu bertemu, keduanya harus bisa untuk saling memahami, berat memang, tapi bukankah tidak lucu ketika hubungan menjadi rusak karena karantina? Yang satunya mungkin ingin tetap menjaga komunikasi, tapi malah membuat lawan ngobrolnya sensi atau bisa jadi yang satunya memang sedang sensi dan ingin rehat, eh tapi malah diajak ngobrol dan malah bikin tambah penat.

Dari kejadian itu mungkin ada yang biasa saja dan menganggapnya angin lalu, tapi untuk sebagian orang ada yang menganggapnya serius dan jadi kepikiran terus. Memang saling memahami adalah jurus paling ampuh yang bisa kita terapkan sekarang.

Dan terakhir pesan untuk kita.

Kita harus sadar, bumi tanpa ada kehadiran manusia tidak akan menjadi musnah, akan tetapi manusia akan menjadi lemah jika bumi yang kita tinggali ini tidak sedang baik-baik saja. Jadi jika nanti bumi kita sudah sehat kembali, mohon dijaga, dari hal yang paling kecil, seperti membuang sampah pada tempatnya, karena jika yang kecil saja sudah susah dilakukan, bagaimana dengan hal-hal yang besar.

Jakarta, 31 Juli 2020


Akhirnya kembali ke asal, sudah lama sekali tidak menulis di platform ini.

Sejujurnya dari tahun 2011 gua sudah mulai nge-blog, ya walaupun tulisannya masih copy-paste tulisan orang lain, tapi setidaknya gua sudah berani mulai saat itu. Bahkan keisengan gua itu membuahkan sedikit hasil yang gua sendiri bingung bisa menerima itu. Singkat cerita, di SMP gua yang pertama (kebetulan gua sempat pindah SMP) gua mendapatkan reward dari guru-guru karena gua mempunyai blog yang bisa dibilang cukup "aktif", kaget, karena ini semua berawal dari iseng. Tapi dari situ gua malah mulai males ngeblog, entah, kayak bingung mau ngapain di blog.

Sayangnya blog-blog lama gua banyak yang musnah, dan ada beberapa blog yang masih bisa diakses, kalo mau lihat bisa klik ini, ini, ini, ini, dan ini.

"Kenapa banyak banget blognya?"

Iya, gua orangnya tuh agak labil, apalagi soal platform nulis, sudah berkali-kali gua pindah, dari Blogger, Wordpress, Wattpad, Steller, Tumblr, Medium, dan yang terakhir platform yang menjadi favorit gua dan platform yang paling nyaman Instagram.

Akhirnya sekarang gua masih suka nulis di Instagram, baik itu di feed ataupun stori. Sampai akhirnya gua mikir untuk memutuskan balik nulis di platform ini lagi, jujur sebab akhirnya gua jadi nyaman nulis di Instagram karena hampir seluruh dunia mengakses Instagram, sedangkan blog? Apa iya masih banyak peminatnya?

Gua kembali baca-baca blog dari beberapa orang yang masih gua ikutin, seperti Kevin Anggara, Gita Savitri, Nawang Nidlo Tititsari, RintikSedu aka Tsana, dan Jennifer Anandary. Melihat mereka yang sampai saat ini masih sering nulis di blog, memberi gua semangat untuk menulis lagi.

"Bercerita atas dasar senang-senang. Seenggaknya tanpa tekanan." —Admin 30 Hari Bercerita

Karena atas senang-senang, jadi kedepannya gua akan bersenang-senang di blog ini. Bisa jadi menulis ulang apa yang sudah gua tulis, mereview buku dan film (mungkin), atau hanya untuk iseng saja, intinya bersenang-senang.

Bekasi, 23 Juli 2020.

Aku masih berdiri tegak dalam hiruk pikuknya Transjakarta. Sesuatu mengetuk pikiran ini, bagaimana bisa seseorang yang selalu terlihat kuat, bahkan selalu menganggap dirinya kuat, tiba-tiba merasa marah.

Ya, aku tahu, yang kuat bukan berarti tidak bisa marah, tapi bukannya dia bisa kuat menahan amarahnya?

Jika memang dia tidak kuat menahan amarahnya, berarti seberapa keras dia tertampar? Siapa orang yang bisa menamparnya sekeras itu?

Termenung sejenak, berpikir apa yang sedang dia alami, tapi apa daya, seberapa keras pun aku berpikir, aku bukan peramal, yang bisa dengan mudah membaca isi pikiran seseorang.

Sekuat apapun aku mengabaikan ini, semakin penasaran aku dibuatnya.

Apa yang sedang kamu lewati?
Seberat itukah?
Aku hanya bisa berdoa yang terbaik untukmu.
Nangis selagi bisa, luapkan hingga merasa lega.
Semangat untukmu yang selalu terlihat kuat!

Jakarta, 4 Februari 2020

 


Eh, udah hari ke-30 ya.

 

Tahun ini banyak banget yang dirapel, mungkin karena lelah, jadi kadang sering lupa buat nulis.

 

Ya sudah, pamit ya, mau istirahat dulu.

 

Buat kamu yang masih sibuk mengejar, coba istirahat sebentar, pelan-pelan yang penting kelar.

 

Sukabumi, 30 Januari 2020

 


Et iya, keasikan di luar, sampe lupa kalo tulisan belom kelar.

 

Intinya cuma mau ingetin, yang dikekang bisa jadi membangkang. Yang dilepas, bisa jadi terlalu bebas.

 

Semua sudah ada porsinya, jangan dilebihin, jangan dikurangin, terlebih lagi jangan dipaksain.

 

Sukabumi, 29 Januari 2020

 


Bandung akan selalu membuat bingung. Ada cinta yang datang entah dari mana. Ada rindu yang tak kunjung bertemu. Ada rasa yang selalu membuat bahagia. Menjadi tempat yang selalu dirasa tepat.


Bandung, 28 Januari 2020

 


Beberapa jam lalu tidak sengaja melihat ke arah langit yang dihinggapi beberapa bintang. Sebenarnya banyak bintang yang harusnya terlihat hinggap di langit, tapi karena cahaya lampu, cahaya alami itu menjadi tidak terlihat.

 

Sama seperti hidup, banyak hal-hal alami yang sebenarnya lebih indah dari hal-hal yang dibuat dengan sengaja. Tapi terkadang karena kita yang tidak sabar, hal-hal alami tersebut menjadi terhalang kehadirannya dalam hidup kita. Yang seharusnya kita bisa memanfaatkan hal-hal alami, kita justru malah ketergantungan dengan hal-hal yang buatan.

 

Paham gak maksudnya? Kalau belum paham, coba pahami yaa.


Bekasi, 27 Januari 2020

 


Beberapa pesan dari Paus Tsana tahun lalu di GWRF,

 

"Menulis dengan sifat bodo amat ternyata enak!"

 

"Kesedihan manusia perlu dituliskan."

 

"Tulisan yang tulus akan menemukan pembacanya."

 

"Menulis bukan hal yang harus diselesaikan sekali duduk. Selesaikan apa yang sudah kita mulai!"

 

"Memperkenalkan karya dengan apa adanya."

 

"Gaya tulisan tidak bisa dibohongi."

 

"Jika terus merasakan hal negatif, maka hal positif tidak akan dimulai."


Jakarta, 26 Januari 2020

 


"I'm on a crossroad, i can't believe, i want to stop, i'm going too fast" - ARAH


Sesuatu yang buru-buru itu emang gak bagus, tapi kadang ada kok yang karena di-buru-buru-in malah jadi bagus, tapi tetap saja kebanyakan gak bagus.


Kadang karena terburu-buru, kita malah merasa jadi terburu. Harusnya bisa jadi bagus, malah jadi seperti ayam hangus, pahit.


Mau berhenti sebentar di tengah, tapi takut lengah, karena batas waktu sudah melebihi setengah.


Memang, lebih baik pelan, yang penting jalan. Lebih baik sedikit-sedikit, dari pada jadi rumit, dan merasa terhimpit.


Kadang yang pelan saja masih sering jadi beban, apalagi yang buru-buru, bisa-bisa nanti hasilnya jadi gak bermutu.


Sebenarnya kita sadar buru-buru itu gak baik, tapi kadang saat buru-buru itu semangat malah sering naik.


Ya, namanya juga manusia, sukanya main kejar-kejaran sama cita-cita. Padahal cita-citanya masih nunggu dengan sabar, dan gak nyuruh untuk dikejar sampai melupakan batas wajar.


Bogor, 25 Januari 2020

"Gak usah takut, dikit lagi juga ganti hari."

 

Sebenarnya ini mantra sudah sering sekali aku gunakan, tapi belum pernah aku jadikan sebuah tulisan, hanya sebatas pemikiran. Baru kali ini aku aplikasikan ke dalam tulisan.

 

Mantra yang selalu aku pegang ketika aku takut dengan hari yang akan datang. Seperti hari ujian—tapi belum sempat belajar, hari terakhir pengumpulan tugas—tapi tugasnya belum selesai, hari ketika gak megang uang, hari ketika aku disuruh tampil di depan umum, dan hari hari lain yang membuatku takut.

 

Tapi ketika aku takut, aku selalu memikirkan kalimat tadi. Gak usah takut, dikit lagi juga ganti hari. Gak usah takut, dikit lagi juga berakhir. Gak usah takut, percaya besok akan lebih baik. Gak usah takut, kamu sudah berusaha semampu kamu.

 

Kadang ketika memikirkan kalimat itu, gak tahu kenapa, aku jadi lebih rileks. Kayak, ya kalo dimarahin tinggal dimarahin, kalo disalahin ya manggut aja, kalo gagal ya coba lain waktu.

 

Gak usah takut, semua usaha yang sudah kita lakukan gak akan berakhir sia-sia, Sang Pencipta pasti punya rencana yang lebih indah dari apa yang kita duga.

 

Jadi, teruslah berjalan, dan nikmati prosesnya.


Jakarta, 24 Januari 2020

 


"Emang lu doang yang cape, gua juga cape kali."

 

"Emang lu doang yang belom makan, gua juga belom kali."

 

Dan emang-emang yang lainnya.

 

Setiap orang punya titik lemahnya masing-masing, gak bisa disamain. Sering banget denger kata-kata kayak gitu. Padahal, apa salahnya kalau dia capek duluan, apa salahnya kalau dia laper duluan, toh kita gak punya hak buat ngelarang kan.

 

Padahal gak susah lho untuk jawab kayak gini, "Yaudah, makan dulu sana, nanti lanjut lagi."

 

"Yaudah, istirahat dulu sana, nanti lanjut lagi."

 

Sering juga aku mendengarkan perbandingan-perbandingan yang seharusnya gak terdengar. Karena, adakalanya seseorang cerita ke kita hanya minta untuk didengarkan, bukan minta untuk dibandingkan.

 

Hidup itu tentang menerima dan memberi bukan

 

Jika kamu saja tidak mau memberi yang baik, apakah pantas kamu menerima yang baik juga?


Jakarta, 23 Januari 2020

 

Meskipun kalian tidak sedarah, kalian bisa menjadi keluarga. Meskipun kalian sedarah, kalian bisa menjadi orang asing. Begitukah manusia saat ini? (Ms. Hammurabi/미스 함무라비 [2018])

 

Sering kamu temui di kehidupan sehari-hari seseorang yang sering membantumu, mendengarkan keluh kesahmu, dan memberikan banyak bantuan untukmu, padahal dia bukan siapa-siapa, bahkan mungkin kamu pun baru mengenalnya.

 

Sering juga kamu temui, seseorang yang cuek denganmu, acuh denganmu, tak menganggap keberadaanmu, padahal dia memiliki hubungan darah denganmu.

 

Terkadang kamu sudah sangat percaya kepadanya, banyak menaruh harap padanya, tapi ternyata kamu malah diberi kecewa.

 

Dan acap kali kamu juga menganggap seseorang sebagai angin lalu, tak menanggapi kehadirannya, dan bahkan tak percaya kepadanya, tapi ternyata dia-lah yang selalu ada untukmu, memberi banyak harap untukmu.

 

Manusia memang seteka-teki itu bukan.


Jakarta, 22 Januari 2020

 


Pertengahan 2019 lalu, aku sempat bertemu dengan Ariqy Raihan atau lebih sering disapa Bang Rere. Saat itu aku memang sangat ingin belajar tentang kesalahan-kesalahan dalam menulis cerita. Banyak hal yang aku dapat, tapi ada satu yang sangat membekas dalam otak, yaitu "Menulis Buruk" dan tema menulis buruk itu dibahas dalam buku yang aku unggah ini.

 

Mumpung tema kali ini adalah "Tips", mungkin itu bisa menjadi tips buat kita semua dalam menulis. Ketika kita hendak menulis, jangan takut karena tulisan kita buruk. Karena semua yang bagus berasal dari sesuatu yang buruk. Lagi pula "Sesuatu yang kacau pun tetap lebih baik ketimbang tidak ada sama sekali." (Creative Writing, hal.13 - A. S. Laksana)

 

Bang Rere merekomendasikan buku itu kepadaku, karena buku itu bisa menjadi pedomanku dalam menulis, dan sayangnya buku itu sudah susah sekali kita temukan dalam bentuk fisik. Tapi jangan takut, di Google Play Books masih tersedia kok.


Bekasi, 21 Januari 2020


"Terkadang tanpa sadar ku menyakiti seseorang dan kukehilangan dirimu untuk pertama kalinya, kutahu bahwa kutelah melakukan dosa." (King Gnu - 白日/Hakujitsu)


Pernah gak sih merasakan perubahan sifat seseorang. Seperti seseorang yang dulunya dekat dengan kamu, kemudian tanpa kamu tahu sebabnya, dia pergi menjauhi kamu.

 

Terkadang tanpa kamu sadari, mungkin kamu sering menyakiti perasaannya. Mungkin bukan dengan tangan, melainkan dengan lisan. Atau mungkin juga dengan perilaku yang membuatnya merasa tidak nyaman jika berada di sampingmu.

 

Jadi, jika merasa ada yang aneh, coba cari ruang untuk sendiri, dan mulai merefleksi diri. Ada yang salah mungkin, atau bahkan ada yang kelewatan.

 

Jika dirada kebablasan, coba putar haluan. Masih banyak kesempatan, untuk merubah keadaan. 


Jakarta, 19 Januari 2020



Jika tulisan-tulisan di blog ini diberi sinopsis, mungkin akan jadi seperti ini. Tulisan ini aku tulis di salah satu tulisan yang sempat aku unggah ke Wattpad. Tapi berhubung sudah nyaman dengan Instagram dan Blog, jadi ya Wattpad jarang disentuh, bahkan sudah hampir tidak pernah.

 

Jadi, silakan baca sinopsisnya!

 

"Tidak bertema bukan berarti tidak bermakna, karena terkadang sesuatu yang tidak sengaja bisa menjadi awal untuk sesuatu yang istimewa.

 

Ini bisa jadi cerita, tapi bisa juga ini hanya sekadar keluh kesah.

 

Ini bisa jadi sebuah rangkaian puisi, tapi bisa juga ini hanya sekadar intuisi.

 

Boleh jadi ini adalah sajak, tapi tidak menutup kemungkinan kalau ini hanya sekadar tulisan acak

 

Atau mungkin juga ini bisa jadi sebuah pengingat untuk diri ini, tapi bisa jadi ini hanya untuk sekadar basa-basi.

 

Bagi kamu yang merasa sepi, boleh mampir kesini, mungkin saja kita bisa saling mengisi.

 

Tulisan ini bebas untuk siapa saja. Jika itu memang untuk dirimu, mungkin kamu akan sedikit tersentuh. Tapi jika bukan untuk dirimu, kamu bisa menganggap ini semua hanya angin lalu."


Bekasi, 17 Januari 2020




Pernah gak kamu berada dalam posisi sedang punya masalah yang kamu gak tahu jalan keluarnya. Tiba-tiba gak ada angin gak ada hujan, datang seseorang menceritakan masalahnya, dan masalah yang dialami olehnya sama seperti masalah yang sedang kamu hadapi.

Dan ketika kamu mendengarkan masalahnya, mencoba memahaminya, dan menghadapinya dengan rileks. Kamu justru malah berhasil memberinya solusi.

Agak aneh, dan mungkin terheran-heran. Tapi mungkin itu adalah salah satu cara Sang Pemilik Semesta membantu kamu, membantu kita untuk menghadapi masalah yang kita kira tidak ada ujungnya, tidak ada jalan keluarnya.

Hidup memang seperti rubik. Yang awalnya beraturan, kemudian berantakan, tapi akan selalu ada jalan keluar untuk memperbaiki keadaan.


Jakarta, 17 Januari 2020


Ada beberapa hal yang sering kita anggap sebagai kesialan, tapi ternyata malah sering menjadi kenikmatan yang kita tidak duga.

Salah satunya adalah "Lupa".


Baru beberapa menit yang lalu aku merasakan hal yang (biasanya) ku anggap sial, tapi tadi dia malah menjadi penyelamat.


Aku sering sekali menyelipi uang kembalian di semua penjuru kantong. Lalu tadi kebetulan aku sama sekali tidak memegang uang cash, tapi tenggorokan malah memaksaku untuk segera membasahinya.


Iseng-lah cek semua kantong, dan jeng jet. Di salah satu kantong terselip selembar kertas bergambar wajah Tuanku Imam Bonjol. Senangnya bukan main, sumpah.


Terima kasih Sang Pencipta karena telah menciptakan sifat lupa.


Kadang banyak hal yang kita anggap tidak baik, ternyata malah baik untuk kita begitu pun sebaliknya.


"...Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (Al-Baqoroh: 216)


Jakarta, 15 Januari 2020

 


Bertahan bukan tanda nyaman.

 

"Sekarang kalo gak nyaman gak mungkin bisa hampir setahun."

 

Beberapa hari lalu, aku dapat pesan dari entah siapa, tapi ada.

 

Kalau bicara bertahan, kita semua bisa bertahan, mau pun itu gak nyaman, tapi karena sudah sayang, kadang jadi dipaksakan.

 

Sudah berusaha nyaman, tapi malah disia-siakan. Bahkan malah disakiti, bukan fisiknya, tapi hatinya.

 

"Meninggalkan orang yang menyakitimu tidak sulit. Kau tinggalkan saja dia." (Cloak and Dagger)

 

Jangan terlalu lama memendam, gak baik buat badan.

Jangan terlalu lama bersedih dalam diam, gak baik buat kesehatan.

Jangan terlalu banyak memberi kesempatan, jika pada akhirnya kembali diulang.

 

Kalau memang sayang, tanpa harus diperingatkan, seharusnya sudah bisa memperbaiki diri dan hubungan.

 

Masalahnya bukan terletak pada bisa atau tidak bisa. Letak masalahnya itu pada mau atau tidak mau.

 

Percuma bilang "Aku bisa berubah!", kalau tidak disertai dengan kemauan untuk berubah.

 

Semua orang bisa, tapi gak semua orang mau.


Jakarta, 14 Januari 2020

 


Banyak hal sederhana yang bisa membuat kita bahagia. Bisa jadi itu hanya sebuah kalimat yang tidak panjang, tapi dapat memberi kita napas yang lebih panjang.

 

Seperti hari ini, beberapa detik sebelum berakhirnya waktu untuk mengumpulkan tugas, aku dapat kabar kalau ternyata tugasnya dikumpulkan dua hari lagi.

 

"Kok kalian ngumpulin sekarang, kan hari kamis ngumpulinnya."

 

Sederhana, tapi bikin hati bahagia.

 

Terkadang memang kita tidak sadar, bahwa hanya dengan sebuah kalimat sederhana, hati seseorang bisa bahagia.

 

Tapi jangan lupa juga, terkadang ada juga kalimat yang sangat sedikit, tapi malah bikin hati sakit.


Jakarta, 13 Januari 2020

 


Menulis itu enak, bisa nyindir orang lain tanpa harus menyindirinya secara langsung. Tapi banyak juga kok yang suka nyindir diri sendiri, terlebih lagi yang nulis ini dan baca ini.

 

Gapapa, kadang kita perlu merasakan jatuh jika ingin bangkit dari rapuh.

 

Jakarta, 12 Januari 2020

 


"Oh iya, kemaren belom nulis buat #30HBC20. Yang ada aja deh, belom dapet ide."

 

"Nih hari nulis apa yak?"

 

"Abis bikin terurai harus nulis, bodo amat."

 

"Nge-PES se-match sabi kali ya."

 

"Yah iya, lupakan mau nulis, emang dasar!"

 

"Abis nebelin dah nulisnya."

 

"Lah, udah malem aja. Belom dapet ide juga lagi, elah."

 

Dan akhirnya nulis ini deh. Kadang emang ide itu suka datang kapan saja dan di mana saja, bahkan lebih sering muncul di tempat-tempat yang biasa kita pakai untuk meditasi, paham lah ya maksudnya.

 

Intinya begitu deh ya, langsung pamit nih, gak bisa lama-lama, tugasnya masih banyak kayak hama.


Bekasi, 11 Januari 2020